TANAMAN KALIANDRA UNTUK PAKAN TERNAK
Selasa, 14 April 2015
Edit
Kaliandra
merupakan salah satu leuguminosa pohon atau semak yang memiliki beberapa
spesies, satu diantaranya yang paling banyak dikenal adalah jenis kaliandra
bunga merah (Calliandra calothyrsus). Kaliandra termasuk dalam familia Leguminoseae
dan sub familia Mimosaceae (Palmer dan Ibrahim, 1996).
(Hidayat et. al., 2006) menyatakan bahwa kaliandra adalah pohon kecil
bercabang, tinggi maksimum 12 meter, diameter batang maksimum 20 cm, kulit
batang berwarna merah atau abu-abu, ke arah pucuk batang cenderung bergerigi.
Perakaran terdiri atas beberapa akar tunggang, akar lebih halus dan jumlahnya
sangat banyak, memanjang sampai kepermukaan tahun. Kaliandra mempunyai daun
yang lunak terbagi menjadi daun-daun yang keeil. Panjang daun utama mencapai 20
cm, lebarnya mencapai 15 cm.
Banyak
spesies Kaliandra yang terdapat di Indonesia antara lain adalah C.
calothyrsusdan C. surinamensis. Jenis C. surinamensis banyak
ditanam di samping rumah sebagai tanaman hias. C. calothyrsus yang
berbunga merah merupakan jenis dengan sebaran alami dari Mexico sampai Panama
ini menunjukkan penampilan yang sangat bagus di Indonesia sebagai jenis multi
guna. C. calothyrsus memiliki banyak kegunaan yaitu untuk kayu energi,
pakan ternak, pengontrol erosi, perbaikan tanah karena kemampuannya mengikat
nitrogen dan memproduksi seresah, penahan api, serta bunganya yang bagus juga
menyebabkan jenis ini ditanam sebagai penghias jalan dan sumber nektar bagi
lebah (Rina dan Nur, 2014).
Seperti
kebanyakan hijauan ternak jenis lain, ternak membutuhkan waktu penyesuaian
sehingga terbiasa memakan kaliandra, sebelum digunakan sebagai bagian dari
pakan sehari-hari. Pemberiannya secara bertahap jangan langsung di berikan
terlalu banyak, karena akan menyababkan gangguan pencernaan seperti diare.
Penggunaan
Kaliandra dalam ransum sapi perah berdampak meningkatkan produksi susu dan
keuntungan peternak. Wina dan Tangendjaja, (2000) melaporkan bahwa pemberian 10
kg daun Kaliandra kepada sapi perah perhari menghasilkan susu sebanyak 15,34
liter/hari/ekor dan keuntungan terbesar bagi peternak sapi perah. Sedangkan di
Kenya, pemberian Kaliandra segar kepada sapi perah sebanyak 3 kg dapat
menggantikan 1 kg konsentrat yang mengandung protein 16%. Pemberian Kaliandra
sebagai pengganti konsentrat bervariasi bergantung pada tempat atau lingkungan
(Paterson et. al., 1999). Prawiradiputra et. al., (2000)
melaporkan tentang penelitiannya dengan lima macam ransum yang mengandung
tingkat Kaliandra 0, 5, 10, 15, 20 kg, hasilnya menunjukkan bahwa produksi susu
pada masing-masing perlakuan adalah 12,87; 14,51; 15,84; 15,32 dan 14,48
liter/ekor/hari. Data tersebut memberikan gambaran bahwa penggunaan Kaliandra
sampai 20% sebagai komponen ransum memberikan respons meningkatkan produksi susu.
Menurut
beberapa sumber yang saya baca bahwa pemberian kaliandra perlu di batasi, ada
yang mengatakan bahwa pemberian maksimalnya sebanyak 20%dan 30%. (Rina dan Nur,
2014) menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi nilai gizi adalah
kecernaanya, dan sejauh mana hijauan ternak dapat dicerna dan diserap oleh
ternak. Kecernaan Kaliandra sangat bervariasi sekitar 30% sampai 60% .
Calliandra
calothyrsus juga bermanfaat untuk produksi ternak
non ruminansia. Meskipun hanya sedikit
informasi tentang tingkat produktivitasnya, namun ada laporan dari Vietnam yang
menyatakan bahwa C. calothyrsus digunakan sebagai pakan ikan di kolam
kecil. Daunnya juga dapat digunakan sebagai pakan kelinci dalam jumlah yang
terbatas sebagai campuran pakan lain. Hasil yang baik telah diperoleh dari
kelinci yang diberi makanan pelet yang mengandung 30% daun C. calothyrsus kering
(Wina dan Tangendjaja, komunikasi pribadi.) Penambahan sedikit daun kaliandra
untuk pakan ayam petelur (0,6-2,5% dari makanan pokok) akan menghasilkan warna
yang lebih kuning pada kuning telur tanpa pengaruh negatif pada jumlah terlur
yang dihasilkan atau pada perbandingan konversi nutrisi (Paterson et. al.,.
2000; Wina dan Tangendjaja, komunikasi pribadi)
Sumber :
Hidayat U. T., S. Kuswaryan, W. Djaja Dan L. Khaerani.
2006. Manfaat Kaliandra Pada Usahaternak Sapi Perah Dalam Meningkatkan Produksi
Susu. Fakultas Peternakan. Universitas Padiadjaran. Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem
Integrasi Tanaman-Ternak.
Janet S, Mulawarman, J. M. Roshetko, dan
M. H. Powell. 2001. Produksi dan Pemanfaatan Kaliandra (Calliandra
calothyrsus). Di terjemahlan oleh SN
Kartikasari.
Winrock International dan the Taiwan Forestry Research Institute. Berkolaborasi
dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Department Kehutanan,
Indonesia, the Overseas Development.
Palmer, B., And T.M. Ibrahim. 1996.
Calliandra calothyrsus forage for the tropics- a current assessment. In : D.O.
Evans (ed). Proceedings of International Workshop in the Genus Calliandra.
Forest, Farm and Community Tree Research Reports (Special Issue). Winrock
International, Morrilton Arkansas USA. P 183-194.
Paterson, R., B. Palmer, M. Shelton, R.
Merkel, T.M. Ibrahim, R. Arias, K. Berhe And A.N.F. Perera. 1999. Fodder
Production. In: Mh. Powell., Ed. Calliandra Calothyrsus Production And
Use: A field Manual. Forest, Farm, And Community Tree Network. Morrilton,
Arkansas, Usa: Winrock International And Taiwan Forestry Research Institute. P
29 – 34.
Paterson, R.T., R. L. Roothaer, and E.
Kiruiro. 2000. The Feeding of leaf meal of Calliandra Calothyrsus to
laying hens, Tropical Animal Healt and Production. 32 (1) ; 51 – 61.
Prawiradiputra, B. R., T. Sugiarti, E.
Masbulan, D. Purwantari, E. Sutedi, D. Rosadi dan Nugraha. 200. Sistem Produksi
Silvopastura untuk meningkatkan produksi ternak di hutan tanamn industri.
Laporan ARMP II. Balitnak Ciawi, Bogor, Indonesia.
Rina L. H., Dan Nur H. 2014. Budidaya Kaliandra (Calliandra Calothyrsus)
Untuk Bahan Baku Sumber Energi. IPB Press.
Wina, E. dan B. Tangendjaja. 2000.
Pemanfaatan Kaliandra (Calliandra Calothyrsus) sebagai hijauan pakan
ruminansia di lndonesia. Lokakarya Produksi Benih dan Pemanfaatan Kaliandra.
International for Cente of Research for Agroforestry dan Winrock International.
Bogor. 49 hlm.