BUNGKIL KACANG TANAH (PEANUT MEAL)
Minggu, 17 Mei 2015
Edit
Bungkil
kacang tanah adalah merupakan limbah dari pengolahan minyak kacang tanah.
Bungkil kacang tanah disukai ternak dan merupakan supplemen protein tumbuhan
yang berkualitas baik. Tapi bungkil ini mempunyai anti nutrisi yang dapat
mengakibatkan kelenjar thyroid membesar dan juga mempunyai sifat pencahar, tapi
pengaruhnya lebih rendah dibandingkan dengan kacang tanah. Secara kualitatif
kualitas kacang tanah dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji
apung. Bulk density bungkil kacang tanah adalah 465,6 gram selain itu uji
organoleptik sepertui tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk
mengetahui kualitas bungkil kacang tanah yang baik. Uji sekam dengan
fluroglucinol dapat juga dilakukan. Kualitas bungkil kacang tanah secara
kuantitatif dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan menggunakan
metode proksimat. Bungkil kacang tanah mengandung protein kasar 46,62% dan
serat kasar 5,5%. Bila serat serat kasar lebih tinggi maka telah terjadi
pemalsuan sekam dan arena itu produk tersebut tidak disebut bungkil kacang
tanah tetapi bungkil kacang tanah dan sekam. Bungkil kacang tanah mempunyai
protein tercerna (DP) 42,4% dan TDN 84,5%. Nilai ini lebih tinggi dari bungkil
kedelai. Bungkil kacang tanah dan sekam mengandung protein kasar (PK) 41%.
Protein tercerna 36,6% dan total nutrient tercerna (TDN) 73,3% lebih tinggi
dari PK, DP, dan TDN. Salah satu pembatas pemanfaatan bungkil kacang tanah pada
ternak adalah adanya kontaminasi aflatoksin (Orskov, 1988).
Bungkil
merupakan bahan pakan sumber protein. Oleh karena itu, penggunaan bungkil
sebagai bahan pakan dilakukan dalam jumlah besar. Misalnya saja daging buah
kelapa, kacang tanah, kedelai, biji bunga matahari, biji kapas, biji kapuk,
lembaga biji jagung, dedak dan masih banyak lagi. Selama ini komoditas yang
paling banyak dijadikan bungkil adalah kedelai, kacang tanah, kelapa, biji
bunga matahari dan biji kapas. Proses pembuatan bungkil sangat sederhana.
Kacang tanah dipres (dikempa) hingga minyaknya keluar. Hasil kempaan dari
produk biji-bijian itu berupa minyak nabati dan ampasnya yang disebut sebagai
bungkil.
Oil meal merupakan bungkil protein yang dihasilkan dari biji-bijian yang mengandung minyak.
McDonald dkk. (2001)
menyatakan bahwa Oil meal adalah limbah yang sangat berguna dan merupakan residu dari ekstraksi minyak.
Lebih lanjut Orskov (1988) menyatakan bahwa oil meal mengandung protein
(200 – 500 g/ kg) dan ME tinggi. Bungkil atau oil meal diperoleh dari expeller
process pada ekstraksi minyak. Proses pembuatan oil meal ini pada
prinsipnya adalah dilakukan penyaringan minyak terlebih dahulu,
kemudian akan tersisa bungkilnya.
Proses pembuatan bungkil yaitu bahan yang akan disaring minyaknya dikeringkan
terlebih dahulu kemudian dilakukan pemanasan. Setelah
bahannya masak kering, kemudian bahan
tersebut digiling dan dilakukan pengepresan atau penyaringan.
Bungkil
ini sekarang mudah didapat karena sudah banyak pabrik-pabrik minyak kacang,
baik pabrik modern maupun yang masih sederhana. Kadar proteinnya paling tinggi
diantara bungkil bungkil yang lain yang umum digunakan. Baik untuk digunakan
sebagai komposisi dalam ransum konsentrat untuk sapi, babi dan ayam. Hanya
perlu dibatasi jumlah pemberiannya karena kadar lemaknya yang cukup tinggi dan
harganya relatif mahal. Analisa nutrisi: 6.6% air, 27% bahan ekstrak tanpa N,
8.5% lemak dan 6.3% abu serta nilai MP adalah 80.
Di
Indonesia peranan bungkil kacang tanah ini untuk makanan unggas dan ternak
umumnya tidak terlalu besar. Di samping produksinya memang tidak banyak,
bungkil kacang tanah terbatas kualitasnya. Walaupun demikian, di beberapa
daerah yang memang potensial sebagai penghasil minyak kacang atau olahan
lainnya, bungkil kacang tanah ini banyak tersedia dan memang harus dimanfaatkan
untuk ternak.
Bungkil
kacang tanah merupakan limbah pengolahan kacang tanah menjadi minyak, sehingga
kualitas bungkil kacang tanah ini tergantung pada hasil proses pengolahan
kacang tanah menjadi minyak tersebut. Di samping itu, proses pemanasan selama
pengolahan berlangsung, juga menentukan kualitas bungkil ini. Bungkil kacang
tanah ini mengandung methionin dan lysine tetapi dalam jumlah yang rendah.
Dalam berbagai penelitian untuk monogastrik seperti unggas, dan babi telah
terbukti bahwa penggunaan bungkil kacang tanah yang berlebih tanpa tambahan
atau kombinasi yang tepat akan menyebabkan konversi ransum yang buruk.
Pemanfaatan
Bungkil Kacang Tanah untuk Unggas
Secara praktis, kekurangan asam amino dalam bungkil
kacang tanah dapat ditutupi dengan kombinasi dari bahan-bahan makanan lain.
Bila di suatu daerah bungkil kacang tanah ini ada dan harganya layak,
pemanfaatan bungkil kacang tanah untuk unggas harus dikombinasikan dengan
tepung ikan dan bungkil kacang kedelai. Kombinasi semacam ini selain untuk
menutupi kekurangan satu dengan kelebihan lain, juga untuk membuat ransom lebih
murah dan tidak tergantung pada satu bahan saja. Semakin beragam bahan-bahan
yang digunakan akan semakin besar kemungkinan kebutuhan nutrisi unggas
terpenuhi. Pemanfaatan kacang tanah untuk unggas mulai dari 0 atau boleh tidak
digunakan hingga 25%. Penggunaan untuk unggas pedaging, selama harga absolutnya
memungkinkan, dapat digunakan untuk membantu jagung kuning dan minyak nabati
untuk memenuhi kebutuhan energi yang tinggi itu. Selain itu, beberapa jenis
burung hias gemar makan bungkil kacang tanah ini.
Faktor penyimpanan sangat penting karena bungkil
kacang tanah kerap tercemar oleh Aspergillus flavus, jamur yang menghasilkan
racun berbahaya bagi ayam. Bla racun in
bekrja, proses pencernaan ayam tidak akan sempurna lagi dan berdampak negative
terhadap daya serap unsur nutrisi ke dalam tubuh ayam. Penyimpanan yang
dilakukan dalam wadah yang rapat, tidak lembab, ventilasi gudang cukup dan
kadar air yang terjamin akan membantu mencegah kontaminasi bungkil kacang tanah
ini.
Sumber: Dirangkum dari berbagai
sumber dan https://forsum.wordpress.com/dasar-forsum/bahan-pakan/contoh/sumber-protein/bungkil-kacang-tanah/