KARAKTERISTIK KAMBING GEMBRONG
Rabu, 16 September 2015
Edit
Kambing
gembrong adalah salah satu jenis kambing yang memiliki penampilan yang spesifik
dan di Indonesia hanya terdapat di Bali. Kambing ini diberi nama kambing
gembrong oleh masyarakat setempat karena bulunya yang panjang dan lebat
terutama pada yang jantan dengan bulu dibagian muka sering menutupi matanya.
Keberadaan kambing gembrong menambah keragaman hayati yang ada di Bali sehingga
perlu dipertahankan dan dapat merupakan aset daerah. Namun dewasa ini, populasi
kambing gembrong terus berkurang karena beberapa kendala yang dihadapi oleh
peternak di lapangan seperti gangguan oleh anjing hutan yang sering memangsa
kambing ini terutama di malam hari dan juga banyak yang menderita penyakit
scabies (Yupardi, 1998).
Ciri
khas dari kambing gembrong adalah berbulu panjang. Pada kambing jantan panjang
bulunya sekitar berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai
menutupi muka dan telinga. Sedangkan pada kambing gembrong betina berbulu
pendek berkisar 5-8 cm.
Warna
tubuh kambing gembrong pada umumnya putih (61,5%) tapi ada sebagian yang
berwarna coklat muda (23,08%) dan coklat (15,38%). Pola warna tubuh umumnya
adalah satu warna sekitar 69,23% dan sisanya terdiri dari dua warna 15,38% dan
tiga warna 15,38%. Rataan litter size kambing gembrong adalah 1,25. Rataan
bobot lahir tunggal 2 kg sedangkan yang kembar dua 1,5 kg. Tingkat kematian
prasapih 20% (Sinar Tani, 2007).
Matram
et. al, (1993) melaporkan bahwa dalam kondisi pemeliharaan tradisional
diperoleh bobot badan kambing jantan dewasa 32–45 kg, tinggi gumba 58–65 cm,
lingkar dada 73–86 cm dan panjang badan 56–65 cm. sedangkan kambing gembrong
betina dewasa memiliki bobot badan 21–31 kg, tinggi gumba 49–60 cm, lingkar
dada 70–82 cm dan tinggi badan 50–61 cm. Kambing gembrong dapat dikawinkan pada
umur 6 bulan sehingga beranak pertama kali pada umur 12 bulan dengan tipe
kelahirannya berkisar antara lahir tunggal sampai kembar tiga.
Sumber:
Matram, B., I D. K. H. Putra, W. Wirtha,
W. S. Yupardhi dan I G. A. A. Putra. 1993. Pemurnian dan Kinerja Kambing
gembrong di Bali Timur. Laporan Penelitian FAFET UNUD Denpasar.
Sinar Tani. 2007. Tujuh Plasma Nutfah
Kambing Lokal Indonesia. Edisi 25 April–1 Mei.
Yupardi, W. S. 1998. Gambaran Fisologis
Darah Kambing Gembrong Penderita Skabies. Majalah Kedokteran Unud. 29 (100).