AMPAS TAHU UNTUK PAKAN TERNAK
Senin, 09 November 2015
Edit
Ampas
tahu merupakan limbah padat yang diperoleh dari proses pembuatan tahu dari
kedelai. Sedangkan yang dibuat tahu
adalah cairan atau susu kedelai yang lolos dari kain saring. Ampas Tahu
dapat disebut juga sisa barang yang telah diambil sarinya atau patinya atau
limbah industri pangan yang telah diambil sarinya melalui proses pengolahan.
Masyarakat umumnya memanfaatkan ampas tahu untuk pakan ternak dan sebagian
dipakai sebagai bahan dasar pembuataan tempe gembus. Ampas tahu mempunyai kadar
protein yang baik dari segi kualitasnya untuk campuran dalam konsentrat yang
diberikan kepada ternak. Kandungan nutrisi yang terdapat dalam ampas tahu
bervariasi, hal ini antara lain disebabkan oleh perbedaan varietas dari kedelai
yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan tahu, peralatan yang digunakan
dalam proses pembuatan tahu maupun proses pengolahan. Ampas tahu dapat
dijadikan sebagai bahan pakan sumber protein karena mengandung protein kasar
cukup tinggi berkisar antara 18-25%, lemak 4,5%, serat kasar 18,21% .
Penyimpanan
Ampas Tahu
Ampas tahu yang diperoleh biasanya dalam bentuk
basah/ memiliki kandungan air yang tinggi, terlebih lagi kandungan protein pada
ampas tahu sehingga bila disimpan akan menyebabkan mudah membusuk dan berjamur.
Ampas tahu akan menjadi busuk dan tidak disukai ternak dalam waktu 2-3 hari.
Hal ini akan menyebabkan peternak hanya dapat menyimpan ampas tahu sebagai
pakan ternak untuk keperluan dua hari saja. Kondisi ini sangat tidak
menguntungkan dilihat dari segi tenaga kerja dan biaya pengangkutan. oleh
karena itu dapat dilakukan pengeringan atau pembuatan silase agar ampas tahu
dapat disimpan dalam waktu lama.
Untuk memperoleh ampas tahu kering, dilakukan dengan
menjemur atau memasukkannya ke dalam oven sampai kering, kemudian digiling
sampai menjadi tepung. Tepung ampas tahu sendiri adalah tepung yang diperoleh
dari hasil pengeringan dari ampas tahu yang masih basah, dengan alat
pengeringan atau sinar matahari, selanjutnya digiling dan diayak hingga menjadi
halus. Proses pembuatan tepung ampas tahu terdiri dari tiga tahap yaitu
pencucian, pengeringan dan pengecilan ukuran (Rusdi et al., 2011).
Bila mengawetkan ampas tahu secara basah dapat
dilakukan dengan pembuatan silase tanpa menggunakan stater. Terlebih dahulu
ampas tahu dikurangi kadar airnya dengan cara dipres sampai kadar air mencapai
kira-kira 75%. Lalu disimpan dalam ruang kedap udara atau plastik tertutup
rapat supaya udara tidak dapat masuk. Setelah tertutup disimpan minimal 21 hari
dan digunakan sesuai dengan kebutuhan. Penyimpanan dengan cara pembuatan silase
dapat mengawetkan ampas tahu sampai 5-6 bulan (Dinas Peternakan Propinsi Jawa
Barat, 1999).
Penggunaan
Ampas Tahu Untuk Pakan Ternak
Surtleff dan Aoyagi (1979) melaporkan bahwa
penggunaan ampas tahu sangat baik digunakan sebagai ransum ternak sapi perah.
Di Jawa Barat ampas tahu telah banyak dan sudah biasa digunakan oleh peternak
sebagai makanan ternak sapi potong untuk proses penggemukan. Di Taiwan ampas
tahu digunakan sebagai pakan sapi perah mencapai 2-5 kg per ekor per hari
(Heng-Chu, 2004), sedangkan di Jepang penggunaan ampas tahu untuk pakan ternak
terutama sapi dan babi dapat mencapai 70% (Amaha, et al., 1996)
Menurut Yusrizal (2002), pemberian ampas tahu dalam
ransum yang digunakan sebagai pakan itik mojosari fase stater tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap performansnya. Ampas tahu yang digunakan dalam ransum
itik Mojosari sampai level 15 %. Hal ini berarti ampas tahu bisa diberikan
sebagai bahan pakan untuk itik Mojosari dalam fase stater dan finisher karena
ampas tahu tidak mempengaruhi performans dari itik Mojosari itu sendiri. Pemberian
ampas tahu untuk mengetahui kualitas karkas broiler dilakukan oleh Yuni
Sofrianti (2001) diperoleh hasil bahwa pemberian ampas tahu kedalam ransum
broiler sampai level 36 % tidak menurunkan kualitas karkas broiler. Menurut
Dessita (2003) pemberian ampas tahu sampai level 20% yang diberikan pada puyuh
(Cortunix-cortunix japonica) umur 1-6 minggu tidak memberikan efek negatif
terhadap performans puyuh umur 1-6 minggu dibandingkan ransum normal. Sedangkan
pemberian ampas tahu sampai level 10% yang diberikan pada puyuh
(Cortunix-cortunix japonica) setelah 6 bulan produksi secara kumulatif tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ransum, produksi telur, berat
telur dan konversi ransum (Ferdinan sembiring, 2002).
*Sumber
utama didapat dari
http://disnak.jatimprov.go.id/web/layananpublik/readteknologi/811/pemanfaatan--as-tahu-sebagai-pakan-unggas#.VkAQ8JgY4sI
dan
Tarmidi, A. R.,
2002. Penggunaan Ampas Tahu Dan Pengaruhnya Pada Pakan Ruminansia. Unpad.ac.id
*Serta ditambah
dari :
Amaha, K., Y.
Sasahi, and T. Segawa. 1996. Utilization of Tofu (Soybean Curd) By-Product as
Feed for Cattle. http// www.agnet.org
Dessita. 2003.
Pengaruh Pemberian Tepung Ampas Tahu dalam Ransum terhadap Performans Puyuh
(Coturnix-cortunix japonica) umur 1-6 minggu. Skripsi. Universitas Bengkulu:
Bengkulu.
Ferdinan
sembiring. 2002. Pengaruh Pemberian Tepung Ampas Tahu dalam Ransum terhadap
Performans Puyuh (Coturnix-cortunix japonica) setelah 6 bulan produksi.
Skripsi. Universitas Bengkulu: Bengkulu.
Heng-Chu,
A. 2004. Utilization of Agricultural By-Products in Taiwan.
http//www.agnet.org.
Shurtleff,
W. and A. Aoyagi. 1975. The Book of Tofu, Food for Mankind. Ten Speed Press, California, USA.
Yusrizal. 2002.
Pengaruh Pemberian Ampas Tahu dalam Ransum terhadap Performans itik Mojosari
fase stater. Skripsi. Universitas Bengkulu: Bengkulu
Yuni sofrianti.
2001. Pengaruh Pemberian Ampas Tahu dalam Ransum terhadap Kualitas Karkas Broiler.
Skripsi. Universitas Bengkulu: Bengkulu.