BUNGKIL KEDELAI UNTUK PAKAN TERNAK
Minggu, 08 November 2015
Edit
Bungkil kedelai merupakan hasil ikutan atau bahan yang tersisa setelah kedelai diolah dan diambil minyaknya. Bungkil kedelai merupakan surnber protein yang baik bagi ternak. Kandungan
protein bungkil kedelai sekitar 44-51% dan merupakan sumber protein yang amat bagus sebab keseimbangan asam amino yang
terkandung didalamnya cukup
lengkap dan tinggi. Asam amino yang tidak terkandung dalam protein bungki kedelai adalah metionin dan sistein, yaitu asam amino yang biasanya ditambahkan pada pakan campuran jagung-kedelai. Tetapi bungkil kedelai memiliki kandungan lisin dan triptofan yang tinggi
sehingga dapat melengkapi defisiensi
pada protein jagung dan memberikan kebutuhan asam amino esensial bagi temak.
Gambar
Bungkil Kedelai
1. Bungkil Kedelai Untuk Pakan Ternak Non
Ruminansia.
Bungkil kedelai merupakan limbah dari produksi minyak kedelai. Sebagai bahan makanan
sumber protein asal tumbuhan, bungkil ini mempunyai kandungan protein yang
berbeda sesuai kualitas kacang kedelai. Kisaran kandungan protein bungkil
kedelai mencapai 44-51%. Hal ini selain oleh kualitas kacang kedelai juga macam
proses pengambilan minyaknya. Pada dasarnya bungkil kedelai dikenal sebagai
sumber protein dan energi (Rasyaf, 1994).
Sekitar 50% protein untuk pakan unggas berasal dari bungkil
kedelai dan pemakaiannya untuk pakan ayam pedaging berkisar antara 15-30%,
sedangkan untuk pakan ayam petelur 10-25% (Wina, 1999). Kandungan protein
bungkil kedelai mencapai 43-48%. Bungkil kedelai juga mengandung zat
antinutrisi seperti tripsin inhibitor yang dapat mengganggu pertumbuhan unggas,
namun zat antinutrisi tersebut akan rusak oleh pemanasan sehingga aman untuk
digunakan sebagai pakan unggas. Bungkil kedelai dibuat melalui beberapa tahapan
seperti pengambilan lemak, pemanasan, dan penggilingan (Boniran, 1999). Bungkil
kedelai yang baik mengandung air tidak lebih dari 12% (Hutagalung, 1999).
Kandungan Nutrisi Bungkil Kedelai
2. Bungkil Kedelai Untuk Pakan Ternak
Ruminansia.
Bahan
pakan sumber protein memiliki tingkat kelarutan yang berbeda-beda. Semakin
tinggi kelarutan protein dari suatu bahan, maka protein tersebut semakin tidak
tahan terhadap degradasi di dalam rumen. Berdasarkan tingkat ketahanan protein
di dalam rumen, bungkil kedelai termasuk kelompok sumber protein dengan tingkat
ketahanan rendah (<40%), bersama-sama dengan kasein, bungkil kacang dan biji
matahari (Chalupa, 1975). Oleh sebab itu bungkil kedelai memiliki nilai
biologis yang kurang memberikan arti bagi ternak ruminansia, disebabkan
sebagian besar protein kasar bungkil kedelai terfermentasi dalam rumen dan
kurang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Untuk memperkecil degradasi protein
bungkil kedelai dari perombakan mikroba di dalam rumen, maka bungkil kedelai
sebelum diberikan pada ternak perlu mendapat perlindungan.
Perlindungan
dimaksudkan untuk mengurangi perombakan protein oleh degradasi mikroba rumen
tanpa mengurangi ketersediaan amonia untuk sintesis protein mikroba dan tanpa
mengurangi kemampuan hidrolisis oleh enzim-enzim di dalam abomasum dan usus.
Perlindungan protein dari degradasi rumen dapat dilakukan dengan cara
pemanasan, pemberian formalin, tanin dan kapsulasi.
Sumber:
Boniran, S. 1999. Quality
control untuk bahan baku dan produk akhir pakan ternak. Kumpulan Makalah Feed
Quality Management Workshop. American Soybean Association dan Balai Penelitian
Ternak. hlm. 2-7.
Hutagalung, R.I. 1999.
Definisi dan Standar Bahan Baku Pakan. Kumpulan Makalah Feed Qualiy Management
Workshop. American Soybean Association dan Balai Penelitian Ternak. hlm. 2-13.
Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam
Broiler. Kanisius. Yogyakarta.
Wina, E. 1999. Kualitas
protein bungkil kedelai: Metode analisis dan
hubungannya dengan penampilan ayam. Kumpulan Makalah
Feed Quality Management Workshop. American Soybean
Association dan Balai Penelitian Ternak. hlm. 1-3