TERNAK KALKUN
Selasa, 10 November 2015
Edit
Kalkun
adalah unggas yang bentuknya mirip ayam sehingga disebut Ayam kalkun. Perbedaan
kalkun dan ayam adalah bentuk ekor kalkun yang khas dan pialnya yang
menggantung. Oleh pemerintah, kalkun digolongkan ke dalam aneka unggas, yaiyu
unggas yang nilai manfaatnya sama dengan merpati, puyuh dan angsa (Santa.
2013). Kalkun mempunyai bulu cantik dan ukuran yang cukup besar dibanding ayam
kampung sehingga masyarakat biasanya memelihara kalkun sebagai ternak hias,
tetapi kalkun juga dapat dikembangkan sebagai unggas potong dan penghasil
telur. Menurut Prayitno
dan Murad (2009) Klasifikasinya kalkun termasuk dalam Filum Chordata, Sub
Filum Vertebrata, kelas Aves, Ordo Galliformes, Family
Phasianidae, Sub Family Miliagris, Genus Meleagris, Spesies
Meleagris Gallopavo, Meleagris Silvestri, dan Meleagris Ocellata.
Kalkun yang berkembang di Indonesia yaitu memiliki tubuh yang
relatif jauh lebih kecil dibandingkan dengan varietas kalkun yang dipelihara di
negara maju. Bobot kalkun betina dewasa sekitar 3,0-3,5 kg sedangkan jantannya
sekitar 6-8 kg. Warna bulunya beragam, ada yang gelap, putih, gelap/hitam
bercampur putih, cokelat, dan abu-abu. Diduga kalkun ini adalah keturunan dari
berbagai spesies dan varietas kalkun yang ada pada waktu itu dibawa masuk oleh
orang-orang Belanda ke Indonesia (Prayitno dan Murad, 2009).
Cara membedakan kalkun jantan dan betina dapat dilihat dari ukuran
tubuhnya. Kalkun jantan memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan
kalkun betina. kalkun jantan juga memiliki bulu yang lebih indah dan memiliki snood
yang lebih panjang di atas kepalanya, sedangkan betina memiliki snood
tetapi kurang muncul dan warna bulu kurang berwarna-warni. Suara kalkun jantan
juga lebih keras dibandingkan dengan kalkun betina. Kalkun betina tipe ringan dapat dikawinkan
pada umur 30 minggu dan pejantannya dapat mulai dikawinkan pada umur 34 minggu,
sedangkan kalkun tipe berat baru dapat dikawinkan pada umur 36 minggu dan
pejantannya pada umur 40 minggu. Seekor pejantan kalkun dapat mengawini 10-15
betina. Perkawinan secara alami dilakukan 3 minggu sebelum pemungutan telur
untuk ditetaskan.
Menurut
Rasyaf dan Amrullah (1983), sebagai unggas potong, daging kalkun memiliki
keunggulan yaitu memiliki kandungan protein yang tinggi (30,5-34,2%). Selain
itu, mengandung lemak dan energi yang rendah, asam amino yang terkandung dalam
proteinnya sangat lengkap dan sempurna seperti telur. Pemeliharaan kalkun dapat
dilakukan secara alami atau organik (tidak menggunakan bahan vitamin dan
obat-obatan kimia), sehingga dagingnya relatif aman dikonsumsi oleh manusia.
Daging kalkun memiliki rasa, aroma, dan tekstur yang tidak bermasalah dan bisa
diterima oleh semua golongan.
Sumber :
Prayitno, D.S., dan B.C. Murad. 2009.
Manajemen Kalkun Berwawasan Animal Welfare. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang.
Rasyaf, M. Dan I.K. Amrullah. 1983.
Beternak Kalkun. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya. Jakarta
Santa. 2013. Seri Life Skill Beternak
Kalkun. PT Musi Perkasa Utama. Jakarta.