ONGGOK UNTUK PAKAN TERNAK
Jumat, 18 Desember 2015
Edit
Onggok merupakan limbah dari industri tapioka yang berbentuk padatan yang diperoleh pada proses ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini diperoleh suspensi pati sebagai filtratnya dan ampas yang tertinggal sebagai onggok. Onggok masih memiliki kandungan pati dan serat kasar karena pada saat ekstraksi tidak semua kandungan pati terikut dan tersaring bersama filtrat. Pati dan serat kasar merupakan komponen karbohidrat dalam onggok yang masih potensial untuk dimanfaatkan. Onggok merupakan bahan sumber energi yang mempunyai kadar protein kasar rendah, tetapi kaya akan karbohidrat yang mudah dicerna bagi ternak. Penggunaan onggok sebagai pakan karena harganya murah, tersedia cukup melimpah, dan mudah didapat. Ditambahkan Suryapratama (2005) bahwa onggok mengandung 2,20% PK dan SK sebesar 26,90%. Menurut Rasyid et al. (1995) onggok merupakan bahan sumber energi yang mempunyai kadar protein kasar rendah, tetapi kaya akan karbohidrat yang mudah dicerna (BETN) bagi ternak serta penggunaannya dalam ransum mampu menurunkan biaya ransum.
1. Onggok untuk pakan ternak ruminansia
Dalam penelitiannya Setyoningsi (2008) dengan judul Pengaruh Penggunaan Campuran Ampas Bir Dan Onggok Dalam Konsentrat Terhadap Performan Domba Lokal Jantan mempunyai kesimpulan bahwa penggunaan campuran ampas bir dan onggok sampai taraf 30% dalam ransum dapat digunakan sebagai alternatif bahan pakan penyusun ransum dalam pemeliharaan domba lokal jantan karena dapat menurukan biaya pakan.
2. Onggok untuk pakan ternak unggas
Onggok, sebagai bahan organik mempunyai potensi sebagai bahan pakan ternak. Namun karena kandungan protein yang rendah, kurang dari 5% dan disertai dengan kandungan serat kasarnya yang tinggi, lebih dari 26,90%, penggunaannya dalam penyusunan pakan ternak sangat terbatas, terutama untuk monogastrik seperti ayam, itik, ikan dan sebagainya (Hasan et al., 1996; Klemesrud et al., 1997).
Supriyati et. al., (2003)
Hasil dari penelitian Supriyati et. al., (2003) yang berjudul Onggok Terfermentasi Sebagai Bahan Baku Pakan Ayam Kampung Petelur mempunyai hasil bahwa Penggunaan onggok terfermentasi dalam ransum meningkatkan produksir telur harian masing-masing untuk yang dipelihara secara individu dan kelompok sebesar 32,20% dan 26,06%. Bobot telur meningkat sebesar 7,95%. Pada pemeliharaan ayam dengan sistem batere (individu) peningkatan lebih baik dibanding dengan sistem ren (kelompok), hal ini dikarenakan pada sistem batere pergerakan ayam terbatas.
1. Onggok untuk pakan ternak ruminansia
Dalam penelitiannya Setyoningsi (2008) dengan judul Pengaruh Penggunaan Campuran Ampas Bir Dan Onggok Dalam Konsentrat Terhadap Performan Domba Lokal Jantan mempunyai kesimpulan bahwa penggunaan campuran ampas bir dan onggok sampai taraf 30% dalam ransum dapat digunakan sebagai alternatif bahan pakan penyusun ransum dalam pemeliharaan domba lokal jantan karena dapat menurukan biaya pakan.
2. Onggok untuk pakan ternak unggas
Onggok, sebagai bahan organik mempunyai potensi sebagai bahan pakan ternak. Namun karena kandungan protein yang rendah, kurang dari 5% dan disertai dengan kandungan serat kasarnya yang tinggi, lebih dari 26,90%, penggunaannya dalam penyusunan pakan ternak sangat terbatas, terutama untuk monogastrik seperti ayam, itik, ikan dan sebagainya (Hasan et al., 1996; Klemesrud et al., 1997).
Supriyati et. al., (2003)
Hasil dari penelitian Supriyati et. al., (2003) yang berjudul Onggok Terfermentasi Sebagai Bahan Baku Pakan Ayam Kampung Petelur mempunyai hasil bahwa Penggunaan onggok terfermentasi dalam ransum meningkatkan produksir telur harian masing-masing untuk yang dipelihara secara individu dan kelompok sebesar 32,20% dan 26,06%. Bobot telur meningkat sebesar 7,95%. Pada pemeliharaan ayam dengan sistem batere (individu) peningkatan lebih baik dibanding dengan sistem ren (kelompok), hal ini dikarenakan pada sistem batere pergerakan ayam terbatas.
Penggunaan onggok terfermentasi dalam ransum ayam kampung petelur ternyata dapat menekan biaya pakan. Dengan asumsi 25% jagung dapat disubstitusi dengan onggok terfermentasi sebanyak 15%, maka selisih harga yang dapat dihemat adalah Rp 292,50/kg ransum. Dengan demikian, bila diasumsikan seorang petani-ternak memiliki 100 ekor ayam petelur, yang rata-rata mengkonsumsi pakan 100 g/ekor/hari, maka biaya yang dapat dihemat per hari adalah Rp 2.925. Penghematan biaya produksi selama 6 bulan mencapai Rp 535.275.
Sumber:
Hasan, M.R.,
M.S. Hag, P.M. Das And G. Mowlah. 1996. Evaluation Of Feather Meal As A Dietary
Protein Source For Indian Major Carp Labeorohita Fry, Aquaculture 151(1-4): 47-54.
Klemesrud, M.J.,
T.J. Klopfenstein, A.J. Lewis, D.H. Shain And D.W. Herold. 1997. Limiting Amino
Acids In Meat And Bone And Poultry By Product Meals, Journal. Animal Science
75(12): 3294-3300.
Rasyid, G., A.
B. Sudarmadji, dan Sriyana. 1995. Pembuatan dan Pemanfaatan Onggok sebagai Pakan
Ternak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Karangploso. Malang
Setyoningsih, I.
2008. Pengaruh Penggunaan Campuran Ampas Bir Dan Onggok
Dalam Konsentrat Terhadap Performan Domba Lokal Jantan. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Supriyati, D.,
Zainuddin., I P. Kompiang, P. Soekamto dan D. Abdurachman. 2003. Peningkatan
Mutu Onggok Melalui Fermentasi Dan Pemanfataannya Sebagai Bahan Baku Pakan Ayam
Kampung. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor dan Garut.
Supriyati, D.,
Zainuddin., I P. Kompiang Dan P. Soekamto. 2003. Onggok Terfermentasi Sebagai
Bahan Baku Pakan Ayam Kampung Petelur. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usahaternak Unggas
Berdayasaing.
Suryapratama, W.
2005. Imbangan Hijauan-Konsentrat yang Mengandung Onggok dan Pollard Terfermentasi
serta Pengaruhnya Terhadap Asam Lemak Linoleat Terkonjugasi dan Produk Fermentasi
Rumen.Jurnal Animal Production. 7 (3) : 142-149.