BATAS PENGGUNAAN LEMAK PADA TERNAK RUMINANSIA
Minggu, 24 Januari 2016
Edit
Lemak
atau asam lemak merupakan salah satu sumber energi yang berdensitas tinggi dan
menghasilkan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan karbohidrat atau
protein, Nilai kalori lemak sekitar 2,25 kali lebih tinggi dibandingkan
karbohidrat. Beta oksidasi lemak dapat menghasilkan energi dalam bentuk FADH2
dan NADH dan berperan dalam proses elektron transpor sehingga menghasilkan
energi yang tinggi. Oksidasi lengkap dari asam palmitat (C16) dapat
menghasilkan FADH2 dan NADH yang setara dengan 129 ATP. Pada ternak ruminansia,
kandungan lemak dalam pakan disarankan tidak melebihi 5% karena kandungan lemak
yang tinggi akan mempengaruhi aktivitas mikroba rumen yaitu menurunkan populasi
mikroba pencerna serat.
Suplementasi
lemak dilaporkan menurunkan kecernaan karbohidrat terutama kecernaan serat,
tetapi besar atau kecilnya pengaruh lemak bergantung pada beberapa faktor
(Harvatine dan Allen 2005) yaitu:
1. Jumlah lemak yang ditambahkan ke dalam pakan.
Semakin tinggi lemak, semakin besar pengaruh menekan proses degradasi serat.
2. Jenis pakan (konsentrat atau hijauan) yang
diberikan kepada ternak. Pada ternak yang diberi pakan berbasis hijauan,
suplementasi lemak sebesar 3% akan memberikan pengaruh yang terbaik untuk
ternak karena lemak berfungsi sebagai sumber energi. Sedangkan, pada ternak
yang diberi pakan berbasis konsentrat tinggi, suplementasi lemak sebesar 6%
akan memberikan sedikit pengaruh terhadap pemanfaatan komponen lainnya (Hess et
al. 2008).
3. Jenis lemak, semakin tinggi kandungan lemak
tidak jenuhnya, maka semakin besar pengaruh negatifnya terhadap populasi
bakteri pemecah serat.
Bila
kadar lemak di dalam pakan terlalu tinggi (di atas 5% dari total ransum) maka
akan timbul pengaruh negatif lemak terhadap kecernaan serat pakan di dalam
rumen. Ada beberapa alasan mengapa lemak dapat menimbulkan pengaruh negatif
(Palmquist dan Jenkins 1980), yaitu:
1. Lemak akan menyelubungi serat pakan sehingga
mikroba rumen tidak mampu mendegradasi serat.
2. Lemak PUFA (lemak tidak jenuh majemuk)
bersifat toksik terhadap bakteri rumen tertentu sehingga terjadi perubahan
populasi mikroba di dalam rumen.
3. Pengaruh negatif asam lemak terhadap membran
sel sehingga menghambat aktivitas mikroba rumen.
4. Asam lemak rantai panjang akan membentuk
komplek dengan kation-kation sehingga ketersediaan kation di dalam rumen
berkurang yang mungkin mempengaruhi kondisi pH rumen dan kebutuhan mikroba akan
kation.
Oleh
karena itu, beberapa tekonologi untuk memproteksi lemak telah dilakukan baik
secara fisik maupun kimiawi dengan tujuan untuk mengurangi pengaruh negatif
lemak terhadap kecernaan karbohidrat dan bakteri rumen serta untuk mengurangi
proses hidrogenasi lemak di dalam rumen
Sumber dari
makalahnya Wina, E. dan I. W. R. Susana. 2013. Manfaat lemak terproteksi untuk
meningkatkan produksi dan reproduksi ternak ruminansia. Wartazoa. 23 (4): 176 –
184.
Harvatine KJ,
Allen MS. 2005. The effect of production level on feed intake, milk yield, and
endocrine responses to two fatty acid supplements in lactating cows. J Dairy
Sci. 88:4018-4027.
Hess BW, Moss
GE, Rule DC. 2008. A decade of developments in the area of fat supplementation
research with beef cattle and sheep. J Anim Sci. 86:E188-E204.
Palmquist DL,
Jenkins TC. 1980. Fat in lactation rations: review. J Dairy Sci. 63:1-14.