ENCENG GONDOK UNTUK PAKAN TERNAK
Kamis, 07 Januari 2016
Edit
Eceng
gondok (Eichchornia crassipes) adalah tumbuhan air yang sering dianggap
gulma oleh masyarakat. Tumbuhan ini sering merusak lingkungan danau dan sungai,
dapat menyumbat saluran irigasi, mempercepat hilangnya air, mencemari areal
penangkapan ikan. Eceng gondok tumbuh dengan cepat sehingga perlu dilakukan
upaya untuk menanganinya agar tidak mengganggu dan merusak lingkungan. Salah
satu alternatifnya adalah dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Namun
pemanfaatan eceng gondok sebagai pakan mempunyai beberapa kelemahan, antara lain : kadar airnya tinggi, teksturnya
halus, banyak mengandung hemiselulosa
dan proteinnya sulit dicerna. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan terlebih dulu baik
pengolahan fisik, kimia, biologi maupun kombinasinya. Salah satu cara pengolahan secara biologi
adalah fermentasi dengan menggunakan Aspergillus niger. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lama pemeraman untuk fermentasi eceng gondok dengan A.
niger terbaik adalah 6 minggu,
dengan kadar PK 18,84% dan kadar SK 15,73%.
KANDUNGAN
NUTRISI ENCENG GONDOK
Hasil
analisis kimia Laboratorium Gizi Dasar, Fakultas Peternakan Universitas Andalas
didapatkan komposisi tepung eceng gondok dalam bentuk bahan kering adalah:
protein kasar 6,31%, lemak kasar 2,83%, serat kasar 26,61%, Ca dan P
masing-masing 0,47 dan 0,66%, abu 16,12% serta BETN 48,14%. Dada (2002) juga
menambahkan bahwa pakan dengan tambahan eceng gondok yang dikeringkan tanpa
melalui proses fermentasi memiliki kadar serat kasar yang tinggi yakni antara
22-31%. Serta Kandungan Nutrisi enceng gongok yang dikutip dari Marlina dan
Askar (2001) adalah :
MACAM-MACAM
PERLAKUAN PADA ENCENG GONDOK
1. Enceng gondok dibuat silase
2. Enceng gondok difermentasi
3. Enceng gondok dibuat tepung
PENGGUNAAN
PAKAN ENCENG GONDOK PADA TERNAK NON RUMINANSIA
1. Penelitian yang dilakukan di
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak UNDIP
Penggunaan daun eceng
gondok yang difermentasi (DEGF) dalam ransum
ayam broiler dapat digunakan sampai level 5% dan tidak berpengaruh
negatif pada ternak unggas. Susunan ransum ayam broiler dengan menggunakan
daun eceng gondok fermentasi adalah sebagai berikut:
Tabel berikut adalah hasil perbandingan ransum
kontrol dan ransum dengan daun eceng gondok fermentasi :
2. Penelitian yang dilakukan oleh suharsono
Pemberian
eceng gondok maupun konsentrat protein daun (KDP) eceng gondok terhadap ayam
petelur tidak merugikan baik terhadap produksi maupun kualitas telurnya,
masing-masing sebesar 10% eceng gondok dan 16% konsentrat protein daun KPD
eceng gondok. Namun pemberian yang lebih tinggi kurang baik terhadap kualitas
telur.
Pemberian
terhadap eceng gondok pada ayam broiler pertumbuhannya berpengaruh kurang
menguntungkan walaupun cuma 2,5% mungkin karena ayam pedaging sensitif terhadap
serat kasar.
Pemberian
eceng gondok sampai 15% pada pakan babi tidak menurunkan pertumbuhan babi,
bahkan pada penelitian lain konsentrat protein daun KPD dapat diberikan sampai
25%. Pada itik eceng gondok dapat diberikan sampai dengan 30% karena itik
mempunyai kemampuan mengkonsumsi serat yang baik.
PENGGUNAAN
PAKAN ENCENG GONDOK PADA TERNAK RUMINANSIA
Sumber
video: Agus Salim 2012 (Youtube.com)
Sumber:
Dada, S. 2002.
The Utilization Of Water Hyacinth ( Eichornia Crassipes) . In W. A. Goats, Vol
4 (Pp. 147-149). West African: Afr.J.Biomed.
Laboratorium Ilmu Makanan
Ternak. 2005. Pemanfaatan Daun
Eceng Gondok Sebagai Bahan Pakan Unggas. Jurusan Nutrisi Dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro
Semarang.
Marlina, N. Dan
Askar, S. 2001. Nilai Gizi Eceng Gondok Dan Pemanfaatan Sebagai Pakan Ternak
Non Ruminansia. Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Balai Penelitian Ternak.
Bogor.
Suharsono. 1979.
Pemenfaatan Eceng Gondok Sebagai Makanan Ternak Non Ruminansia. Prosiding
Seminar Penelitian Dan Penunjang Pengembangan Peternakan 11, Lpp. Bogor. P.
3-8.
Wahyono F, N. M.
2005. Kandungan Asam Amino Dan Kecernaan Nutrien Eceng Gondok Terfermentasi
Aspergillus Niger Serta Penggunaanya Dalam Ransum Itik Tegal. Semarang:
Universitas Diponegoro.