DAUN LAMTORO SEBAGAI PAKAN TERNAK
Selasa, 02 Februari 2016
Edit
Lamtoro
(Leucaena leucocephala) sudah dikenal di Indonesia sejak dulu dengan
nama petai cina. Tanaman ini adalah leguminosa pohon yang keras dan tahan kering,
mengandung protein yang tinggi dan biasa digunakan sebagai bahan pakan
ruminansia di daerah tropis (Nuttaporn and Naiyatat, 2009). Menurut Muelen
et. al., (1979) lamtoro dapat
digunakan untuk makanan
ternak dan mempunyai potensi
besar untuk dikembangkan.
Hal ini disebabkan
karena lamtoro mudah ditanam, cepat
tumbuh, produksi tinggi dan
komposisi asam amino yang seimbang.
Eniolorunda (2011) melaporkan komposisi proksimat tepung daun
lamtoro adalah 88,2% bahan kering, 21,8% protein kasar, 15,1% serat kasar, 3,1%
abu, 8,6% ekstrak eter, dan 50,7% BETN. Ayssiwede, et al.
(2010) melaporkan hasil penelitian dari beberapa peneliti bahwa lamtoro penting
sebagai sumber bahan pakan karena kaya akan protein, asam-asam amino esensial,
mineral, karotenoid dan vitamin. Lamtoro termasuk hijauan yang bernilai gizi
tinggi namun pemanfaatannya sebagai pakan ternak pemberiannya perlu dibatasi.
Lamtoro
mengandung zat anti nutrisi yaitu asam amino non protein yang disebut mimosin,
yang dapat menimbulkan keracunan atau gangguan kesehatan apabila dikonsumsi
dalam jumlah yang banyak dan terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama
(Haryanto, 1993 dan Siregar, 1994). Mimosin mempunyai
rumus kimia ß-N-(3hydroxypyridone-4)-a-amino-propenoic acid. Gangguan
kesehatan tersebut biasanya ditandai dengan rambut rontok, pertumbuhan lambat,
dan pembengkakan kelenjar gondok (Siahaan, 1982).
Zat
anti nutrisi Iainya yang terkandung di dalam Iamtoro yaitu asam sianida (HCN)
yang berpengaruh buruk karena dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan
kelenjar tiroid pada ternak. Asam sianida dapat menyebabkan keracunan akut
(mematikan) dan keracunan kronis. Pada dosis rendah HCN yang masuk dalam tubuh
ternak dalam jangka waktu yang cukup lama dapat menurunkan kesehatan ternak.
Daun Lamtoro Untuk Pakan Ternak |
Penggunaan Daun Lamtoro Pada Babi
Penelitian
yang
telah dilakukan bahwa lamtoro sebanyak 20% dapat diberikan pada babi muda dan tua tetapi harus dicampur
dengan
0,4% ferri sulfat (Agency
for International Development, 1982).
Balai Penelitian Ternak Bogor
merekomendasikan bahwa pemberian lamtoro pada babi umur 3-4 bulan tidak
melebihi 20%.
Penggunaan Daun Lamtoro pada domba
Menurut Wina (1982) penambahan daun Iamtoro sampai dengan 30% pada
domba yang diberi ransum dasar rumput gajah menunjukkan nilai koefisien cerna
protein, bahan organik dan energy yang lebih tinggi daripada kaliandra dan
gamal, namun tidak berbeda dalam pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum
(bahan kering, bahan organik dan energi).
Penggunaan Daun Lamtoro Pada Kelinci
Yurmiaty dan Suradi. 2007 menyatakan bahwa penggunaan 10%
daun lamtoro dalam ransum dapat meningkatkan berat, luas dan tebal pelt, namun apabila penggunaan daun
lamtoro
ditingkatkan menjadi 20% akan
diikuti dengan
penurunan berat, luas dan tebal pelt (kerontokan bulu). Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian daun lamtoro dapat
meningkatkan
produksi
kulit apabila
diberikan
sebanyak 10 % dalam ransum.
(Pelt adalah bulu yang
telah ditanggalkan dari tubuh ternak).
Penggunaan
Daun Lamtoro Pada Ayam Pedaging
Dalam
penelitiaanya Mandey et. al., 2015 yang berjudul Manfaat Daun Lamtoro (Leucaena Leucocephala Dalam Pakan Ayam
Pedaging Diukur Dari Penampilan Produksi menyimpulkan
bahwa pakan dasar ayam pedaging dapat digantikan dengan tepung daun lamtoro
sampai 20%.
Penggunaan Daun Lamtoro Pada Sapi PO.
Wahyuni dkk. (1981) melaporkan hasil percobaan pada sapi PO
(Peranakan Ongole) yang diberi ransum pokok rumput lapangan ditambah daun
lamtoro sebanyak 0%, 20%, 40%, 60% dan 100% yang memberikan pertambahan bobot
badan harian masing-masing sebesar 0,02 kg, 0,29 kg, 0,54 kg dan 0,57 kg dan
0,38 kg . Pemberian lamtoro 40% dan 60% adalah terbaik bila dibandingkan dengan
pemberian lamtoro sebanyak 0%, 20% dan 100%. Selain itu selama 26 minggu (182
hari) dilakukan percobaan tidak terlihat adanya gejala keracunan pada ternak.
Sumber:
Agency for International Development (AFID). 1982. Lamtoro gung
(Leucaena leucocephala)-
Tanaman
Bahan Makanan
Ternak yang Amat Baik. Technical Series Bulletin No. 25. Office of
Agriculture Bureau for Science and Technology, Washington D.C. p.
1-8.
Ayssiwede,
S.B., A. Dieng., C. Chrysostome., W. Ossebi., J.L. Hornick and A. Missohou.
2010. Digestibility and metabolic utilization and nutritional value of Leucaena
leucocephala (Lam.) leaves meal incorporated in the diets of indigenous
Senegal chickens. Int. J. of Poult. Sci. 9 (8):767-776.
Eniolorunda,
O.O. 2011. Evaluation of biscuit waste meal and Leucaena leucocephala
leaf hay as sources of protein and energy for fattening “yankassa” rams.
African J. of Food Sci. Vol. 5 (2):57-62.
Haryanto,
B. dan A. Djajanegara. 1993 .Pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak ruminansia kecil. Sebelas Maret University
Press. Hal 192-194.
Mandey,
Jet. S., N J. Kumajas, J. R. Leke, M. N. Regar. 2015. Manfaat Daun Lamtoro (Leucaena
Leucocephala Dalam Pakan Ayam Pedaging
Diukur Dari Penampilan Produksi. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi
Manado, Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal )
Vol. 35 No. 1 : 72-77.
Nuttapon,
C. and P. Naiyatat. 2009. The reduction of mimosine and tannin contents in
leaves of Leucaena leucocephala. Asian J. of Food and
Agro-Industry, S137-S144.
Yurmiaty,
H. dan K. Suradi., 2007. Penggunaan
Daun
Lamtoro (Leucaena leucocephala)
dalam
Ransum terhadap
Produksi Pelt dan
Kerontokan Bulu Kelinci Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Jurnal Ilmu Ternak, Vol. 7 No. 1, 73 – 77.
Siahaan,
M.S. 1982. Lamtoro. Direktorat Jendral Peternakan, Jakarta. 22-38
Siregar,
B. 1994 . Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya . Jakarta .
Wahyuni,
Editha S.J ., Komara W dan Alan Day. 1981 . Penggunaan berbagai tingkat hijauan petai cina (Leucaena leucocephala) pada
pertumbuahan sapi peranakan onggole. Proc.
Seminar Penelitian Peternakan . Pusat Penelitian
dan Pengembangan Ternak . Bogor. Hal 169-173.
Wina,
E. 1992. Nilai gizi kaliandra, gamal dan lamtoro sebagai suplemen untuk domba
yang diberi pakan rumput gajah. Proc . Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil
Penelitian . Teknologo Pakan dan Tanamam Pakan. BPT. Hal 13-19.