Cara Fermentasi Kulit Singkong Untuk Pakan Ternak
Senin, 21 Maret 2016
Edit
Kulit singkong merupakan limbah kupasan dari hasil pengolahan gaplek, tapioka, tape, dan panganan berbahan dasar singkong lainnya. Kulit singkong terkandung dalam setiap umbi singkong dan keberadaannya mencapai 16% dari berat umbi singkong tersebut. Potensi kulit singkong di Indonesia sangat melimpah. Limbah tersebut masih banyak yang terbengkalai dan hanya ditumpuk di suatu tempat hingga menjadi kompos dengan sendirinya. Padahal limbah kulit singkong memiliki potensi untuk diolah menjadi pakan ternak kambing, domba, sapi karena nilai nutrisinya yang tinggi sebagai sumber karbohidrat.
Ada bebrapa ternak yang sudah memannfaatkan kulit singkong ini sebagai pakan ternak. Biasanya kulit singkong dicacah dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum diberikan ke ternak. Sebenarnya kulit singkong dapat diolah melalui beberapa perlakuan sebelum diberikan ke ternak, sehingga dapat meningkatkan nilai nutrisinya dan mengurangi kadar Sianida atau (HCN) yang membahayakan ternak.
Kadar HCN dalam singkong tidak konstan, tetapi berubah-ubah dipengaruhi oleh factor lingkungan (Sosrosoedirjo, 1992). Jika tanaman singkong mengalami musim kering yang sangat panjang selama pertumbuhannya, kadar HCN-nya meningkat. Disamping itu juga zat N yang terdapat di dalam pupuk dapat mempertinggi kadar HCN singkong. Racun sianida (HCN) masuk ke dalam tubuh ternak.
Ada bebrapa ternak yang sudah memannfaatkan kulit singkong ini sebagai pakan ternak. Biasanya kulit singkong dicacah dan dikeringkan terlebih dahulu sebelum diberikan ke ternak. Sebenarnya kulit singkong dapat diolah melalui beberapa perlakuan sebelum diberikan ke ternak, sehingga dapat meningkatkan nilai nutrisinya dan mengurangi kadar Sianida atau (HCN) yang membahayakan ternak.
Kadar HCN dalam singkong tidak konstan, tetapi berubah-ubah dipengaruhi oleh factor lingkungan (Sosrosoedirjo, 1992). Jika tanaman singkong mengalami musim kering yang sangat panjang selama pertumbuhannya, kadar HCN-nya meningkat. Disamping itu juga zat N yang terdapat di dalam pupuk dapat mempertinggi kadar HCN singkong. Racun sianida (HCN) masuk ke dalam tubuh ternak.
Dosis yang mematikan dari sianida adalah antara 0,5 – 3 mg/kg bobot tubuh (Cheeke Dan Shull, 1985). Racun sianida berbahaya bagi ternak, jadi sebelum dijadikan pakan ternak, diperlukan cara-cara Untuk mengurangi atau menghilangkan racun tersebut dari bagian tanaman singkong yang digunakan.
Kompiang et al. (1993) yang menyatakan bahwa teknik fermentasi dapat menghilangkan HCN dari suatu bahan pakan. Selama ini proses fermentasi sudah banyak digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan kandungan nutrisi suatu bahan pakan terutama kandungan proteinnya. juga dapat mengurangi dan menghilangkan HCN. Maka teknik fermentasi adalah salah satu proses yang sangat tepat dalam mengolah kulit singkong sebelum diberikan kepada ternak
Darma et al. (1991) melakukan proses fermentasi kulit seingkong dengan cara sebagai berikut:
Kompiang et al. (1993) yang menyatakan bahwa teknik fermentasi dapat menghilangkan HCN dari suatu bahan pakan. Selama ini proses fermentasi sudah banyak digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan kandungan nutrisi suatu bahan pakan terutama kandungan proteinnya. juga dapat mengurangi dan menghilangkan HCN. Maka teknik fermentasi adalah salah satu proses yang sangat tepat dalam mengolah kulit singkong sebelum diberikan kepada ternak
Darma et al. (1991) melakukan proses fermentasi kulit seingkong dengan cara sebagai berikut:
- Kulit singkong dicuci dengan air bersih untuk dihilangkan kotorannya yang menempel, setelah bersih ditiriskan dan dikeringkan.
- Kulit singkong yang telah kering tersebut di iris-iris kecil-kecil atau digiling yang bertujuan untuk memperluas permukaan fermentasi.
- Kemudian dikukus dengan penambahan lebih dahulu air bersih pada kulit singkong giling Pengukusan dilakukan selama 30 menit dihitung pada saat uap air mulai keluar dari permukaan atas kulit singkong yang dikukus. diangkat lalu didinginkan.
- Setelah dingin kulit singkong ditambahkan atau ditaburi dengan enzim dan asam yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus niger atau dapat menggunakan kapang Trichoderma resii. Apabila anda kesusahan untuk mendapatkannya bisa juga dengan menggunakan starbio, em4 ataupun produk-produk yang lain.
- Simpan pada tempat tertutup dan kedap udara selama 1 minggu.
Pada Tabel terlihat bahwa kandungan nutrisi protein kulit singkong meningkat sampai 28%, artinya bertambah sekitar 23% dibanding kandungan protein kulit singkong yang tidak difermentasi, kandungan serat kasar juga mengalami penurunan dengan proses fermentasi, dimana bila tidak difermentasi kandungan serat kasarnya adalah 21,2% dan setelah difermentasi kandungan serat kasarnya 14,96%
Sumber:
Cecep H. 2009. Peluang Penggunaan Kulit Singkong Sebagai Pakan Unggas. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Balai penelitian Ternak. Bogor.
Cheeke, P.R. And L.R. Shull. 1985. Natural Toxicant In Feed And Poisonous Plants. AVI Publishing Company, Inc. Wesport, Connecticut. Pp. 173 – 180
Darma, J., T. Purwadaria Dan Supriyati. 1991. Protein Enrichment; Study Cassava Enrichment Melalui Proses Biologi Untuk Ternak Monogastrik. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Devendra, C. 1977. Cassava As A Feed Source For Ruminant. In: Cassava As Animal Feed. Nestel, B. And M. Graham (Eds.). Idrc-095e. 107 – 119.
Kompiang, I.P., J. Darma, T. Purwadaria Dan Supriyati. 1992, 1993. Laporan Tahunan Proyek P4N-Balitnak. No: PL.420.205.6413/ P4N. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Sosrosoedirjo, R.S. 1992. Bercocok Tanam Ketela Pohon. Cetakan Keenam. Cv Yasa Guna, Jakarta.
Supriyadi. 1995. Pengaruh Tingkat Penggunaan Hasil Fermentasi Kulit Ubi Kayu Oleh Jamur Asfergillus Niger Dalam Ransum Terhadap Performan Ayam Pedaging Periode Starter. Skripsi. Universitas Padjadjaran, Bandung
Vyta W. H., D. Yulistiani Dan S.A A. Asmarasari. 2010. Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong Menjadi Pakan Ternak Dalam Rangka Memberdayakan Pelaku Usaha Enye-Enye Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Dan Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Sumber:
Cecep H. 2009. Peluang Penggunaan Kulit Singkong Sebagai Pakan Unggas. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Balai penelitian Ternak. Bogor.
Cheeke, P.R. And L.R. Shull. 1985. Natural Toxicant In Feed And Poisonous Plants. AVI Publishing Company, Inc. Wesport, Connecticut. Pp. 173 – 180
Darma, J., T. Purwadaria Dan Supriyati. 1991. Protein Enrichment; Study Cassava Enrichment Melalui Proses Biologi Untuk Ternak Monogastrik. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Devendra, C. 1977. Cassava As A Feed Source For Ruminant. In: Cassava As Animal Feed. Nestel, B. And M. Graham (Eds.). Idrc-095e. 107 – 119.
Kompiang, I.P., J. Darma, T. Purwadaria Dan Supriyati. 1992, 1993. Laporan Tahunan Proyek P4N-Balitnak. No: PL.420.205.6413/ P4N. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Sosrosoedirjo, R.S. 1992. Bercocok Tanam Ketela Pohon. Cetakan Keenam. Cv Yasa Guna, Jakarta.
Supriyadi. 1995. Pengaruh Tingkat Penggunaan Hasil Fermentasi Kulit Ubi Kayu Oleh Jamur Asfergillus Niger Dalam Ransum Terhadap Performan Ayam Pedaging Periode Starter. Skripsi. Universitas Padjadjaran, Bandung
Vyta W. H., D. Yulistiani Dan S.A A. Asmarasari. 2010. Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong Menjadi Pakan Ternak Dalam Rangka Memberdayakan Pelaku Usaha Enye-Enye Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian Dan Balai Penelitian Ternak. Bogor.