Ciri Ciri Dan Cara Mengatasi Kambing Keracunan
Senin, 13 Juni 2016
Edit
Ciri Ciri Dan Cara Mengatasi Kambing Keracunan. Keracunan pada kambing biasanya sering di sebabkan oleh pakan yang dikonsumsinya, akibat dari kelalaian peternak saat pemberian pakan atau dari kambing itu sendiri saat digembalakan. Keracunan pada ternak kambing yang sering terjadi karena kambing
mengkonsumsi daun ketela pohon atau ubi kayu karena didalam daun tanaman tersebut mengandung zat sianida yang tinggi. Ataupun keracunan akibat dari pestisida.
mengkonsumsi daun ketela pohon atau ubi kayu karena didalam daun tanaman tersebut mengandung zat sianida yang tinggi. Ataupun keracunan akibat dari pestisida.
KAMBING KERACUNAN TANAMAN YANG MENGANDUNG SIANIDA
Kasus keracunan tanaman yang mengandung sianida ini banyak terjadi diberbagai daerah. Hal ini kemungkinan disebabkan peternak tidak mengetahui bahwa daun tanaman ketela pohon mengandung sianida cukup tinggi dan juga bisa akibat dari saat peternak kekurangan hijauan (musim kering), sehingga peternak memanfaatkan hijauan yang tumbuh di sekitarnya sebagai pakan.
Umumnya kasus keracunan pada kambing terjadi di dalam rumen. Dalam waktu 15 menit, hampir semua sianida di dalam rumen telah diabsorbsi dan dengan cepat juga sebagian mengalami detoksikasi (Bahri dan Tarmudji, 1984). Kematian terjadi karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen. Dosis yang dapat menyebabkan kematian pada kambing kira-kira 2,5 mg/kg bobot badan, tetapi dapat juga bervariasi tergantung pada keadaan dan umur ternak.
Gejala klinis atau ciri ciri kambing keracunan sianida akan muncul dalam beberapa menit setelah ternak mengonsumsi pakan yang mengandung sianida berkadar tinggi. Ciri-ciri tersebut adalah
- Frekuensi pernafasan menjadi lebih cepat dan dalam (dyspnoe),
- Otot-otot menjadi gemetar dan terjadi kegagalan koordinasi otot (limbung/ataksia).
- Ternak kambing meronta-ronta, jatuh dengan nafas terengah-engah yang diikuti kekejangan.
- Pupil mata melebar (dilatasi) dan membran mukosa tampak merah terang oleh karena oksigen di dalam darah tidak dapat dilepaskan.
- Terjadi pengeluaran air liur (salivasi), mulut berbusa dan ternak mengeluarkan feses dan urin.
Penanganan yang cepat diperlukan pada kasus keracunan akut untuk mencegah kematian. Pengobatan yang umum dilakukan adalah gabungan antara sodium nitrat (Na2NO2) dengan thiosulfat (Na2S2O3). Dosis yang dianjurkan adalah 1 ml larutan 20% Na2NO2 dan 3 ml Na2S2O3 yang diberikan secara intravena dengan bobot badan 45 kg. Alternatif lainnya adalah memberikan 1 gram Na2NO2 dan 2,4 gram Na2S2O3 yang dilarutkan dalam 10 ml air suling dan disuntikan secara intravena. Pemberian hidroksokobalamin (vitamin B12a) dapat juga dilakukan tetapi zat ini mempunyai kelarutan yang rendah dan kurang efektif pada keracunan sianida yang hebat (Bahri dan Tarmudji, 1984; Tomaszewska et al., 1993).
Dalam peternakan tradisional pengobatan pada ternak kambing yang keracunan dapat di berikan minyak kelapa ataupun bisa juga dengan kelapa muda dengan meminumkannya ke ternak kambing.
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah menjaga kambing agar tidak memakan daun yang mengandung sianida. Daun ubi kayu atau tanaman sejenis harus dicacah dan dikeringkan dibawah sinar matahari secara langsung untuk menghilangkan sebagian besar sianida yang ada sebelum diberikan ke ternak.
KAMBING KERACUNAN PESTISIDA
Penggunaan pestisida di bidang pertanian terutama golongan organofosfat sangat tinggi dibandingkan dengan pestisida golongan organoklorin. Efek samping penggunaan pestisida yaitu adanya residu pada produk pertanian ataupun pada limbahnya yang dijadikan pakan ternak.
Keracunan pada ternak kambing dapat terjadi karena pakan atau sumber air minum yang digunakan terkontaminasi ataupun over dosis pada pengobatan endoparasit. Keracunan pestisida golongan organofosfat sifatnya akut dan berakibat fatal.
Gejala yang timbul adalah hypersalivasi dan meningkatnya peristaltik yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah diikuti kejang abdomen. Terlihat juga adanya kembung, dehidrasi, temperatur normal sampai subnormal. Disamping gejala klinik diagnosis keracunan dapat dideteksi dengan rendahnya kadar enzim asetilkholinesterase yaitu kurang dari 25%. Pada kasus yang tidak terlalu berat dengan pemberian atropin sulfat 0,25 sampai 0,5 mg/kg bobot badan dengan pemberian 1/4 intravena dan sisanya subkutan dengan interval 2 sampai 6 jam ternak dapat diselamatkan.
Sumber:
Bahri, S dan Tarmudji. 1984.
Keracunan sianida pada ternak dan cara mengatasinya. Wartazoa. 1 (3): 33-36
Indraningsih. 1997. Pengenalan
Keracunan Pestisida Golongan Organofosfat Pada Ruminansia. Balai Penelitian Veteriner,
Jalan RE Alartadinata 30, P.O. Box 151, Bogor 16114. Seminar Nasional
Peternakan Dan Veteriner.
Tomaszewska, M. W., I. M. Mastika.,
A. Djajanegara., S. Gardiner dan T. R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan
Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta.